Di Nagari Mahat yang letaknya sangat jauh dari hiruk-pikuk kota, banyak ditemukan peninggalan-peninggalan arkeologis dari zaman prasejarah, seperti dakon batu, lumpang batu, balai batu dan yang paling banyak ditemukan adalah menhir. Jumlah menhir yang ditemukan di Nagari ini mencapai 800 buah—tersebar di Koto Tinggi, Padang Ilalang, Koto Gadang, Ronah, Ampang Gadang, Bawah Parit dan beberapa tempat lainnya di Nagari Mahat.
Menhir adalah batu besar menyerupai tiang atau tugu yang ditegakkan diatas tanah hasil kebudayaan megalit. Menhir biasanya digunakan masyarakat prasejarah sebagai alat pemujaan arwah nenek moyang. Batu-batu ini biasanya dibentuk dan dihias dengan berbagai macam bentuk dan ukiran dalam berbagai ukuran. Uniknya, semua menhir kecuali beberapa menhir di Padang Ilalang menghadap ke Tenggara. Menhir-menhir yang ditemukan di Nagari Mahat ini mirip dengan menhir-menhir yang ada di Irlandia, Inggris dan juga Perancis.
Jarak tempuh menuju Nagari Mahat adalah sekira 3.5 jam dari Padang dan 1.5 jam dari Ibukota, Kabupaten Lima Puluh Kota, Tanjung Pati. Perjalanan menuju Nagari Mahat sangat menegangkan karena untuk mencapai lokasi ini kita harus melewati jalan-jalan curam berbatu melintasi bukit-bukit kawasan Bukit Barisan. Jaraknya yang jauh dan jalannya yang bisa dikategorikan sangat curam ini memang menyita energi, namun semua akan terbayarkan ketika memasuki kawasan Nagari Mahat. Kita bisa melihat perkampungan-perkampungan masyarakat Minang yang masih kental dengan adat istiadatnya dari atas bukit, hamparan persawahan yang menghijau yang dapat membayar lunas perjuangan selama di perjalanan.
Memasuki Nagari Mahat, kita disuguhkan kehidupan masyarakat Minangkabau yang masih sangat tradisional. Berbeda dengan daerah-daerah lain di Sumatera Barat yang sebagian besar sudah tersentuh modernisasi, masyarakat Mahat masih memegang teguh adat istiadat Minangkabau, bahkan sebagian besar rumah masyarakat masih merupakan Rumah Gadang. Dan seperti daerah-daerah soliter lainnya di Indonesia, Nagari Mahat masih sarat akan cerita-cerita mistis dan legenda-legenda magis. Sebagai contoh, Bukit Posuak atau dalam bahasa Indonesia berarti bukit tembus, dimana terdapat sebuah bukit yang tengahnya bolong. Menurut legenda, zaman dahulu terdapatlah orang sakti yang dengan marah melempar kaki rusa ke bukit tersebut sehingga terciptalah lubang besar di bukit tersebut.
Saya mendatangi lokasi cagar budaya
Bawah Parit yang merupakan lokasi menhir terbesar dari 7 situs menhir di
Nagari Mahat. Lebih dari 348 Menhir berdiri tegak di sini. Nuansa magis
langsung terasa ketika memasuki padang rumput yang berhias
menhir-menhir yang terpancang kokoh di tanah. Rasanya seperti
mengunjungi sebuah pemukiman masyarakat prasejarah lengkap dengan
batu-batu pemujaannya. Bentuknya pun macam-macam. Ada yang berbentuk
pedang, tanduk maupun kepala manusia. Menurut penelitian para ahli,
menhir-menhir ini telah ada sejak Periode Neolitikum yaitu sekira
6.000-2.000 tahun sebelum Masehi. Sungguh takjub rasanya tugu-tugu batu
yang berukir ini bisa bertahan hingga ribuan tahun.
Masing-masing menhir memiliki ukuran dan
ukiran yang berbeda-beda. Fungsinya pun berbeda-beda. Beberapa ahli
beranggapan bahwa menhir dijadikan alat pemujaan terhadap arwah nenek
moyang, beberapa lainnya beranggapan bahwa menhir merupakan batu nisan
penanda bagi orang yang telah meninggal. Bahkan setelah diselidiki,
beberapa menhir berfungsi sebagai tambatan kapal, sehingga ada
kemungkinan ribuan tahun lalu Nagari Mahat dialiri sungai yang besar.
Beberapa lokasi ditemukannya menhir ini sempat dijadikan tempat
bertemunya datuak-datuak atau tetua adat Nagari Mahat untuk
bermusyawarah.
Bagi pecinta wisata sejarah, Nagari
Mahat bisa dijadikan alternatif wisata disamping objek wisata sejarah
yang lebih terkenal seperti Candi Borobudur atau Prambanan. Menurut
penduduk sekitar, situs-situs menhir bahkan lebih sering dikunjungi oleh
wisatawan mancanegara daripada wisatawan domestik. Mungkin karena
wisatawan lokal lebih suka bertamasya daripada mengunjungi tempat-tempat
bersejarah ya. Selesai berkunjung ke Nagari Mahat, jangan lupa mampir
di Dangung-dangung. Kata pakar kuliner Indonesia, William Wongso, ini
adalah sate paling enak yang pernah ada!
by: HENDRY FEBRIAN Z
SITUS
BalasHapus